DIVERSIFIKASI
PANGAN LOKAL DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN TIMUR DENGAN
MENGEMBANGKAN JELAI SEBAGAI ALTERNATIF KARBOHIDRAT PENGGANTI BERAS
Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penduduk terbanyak keempat setelah China, India dan Amerika Serikat,
tetapi posisi Indonesia dalam pangan global ini unik. Jika dianalisis struktur
pangan masyarakat Indonesia relatif tidak beragam dan sangat didominasi oleh
beras. Sedangkan konsumsi gandum komposisinya relatif kecil dibanding beras dan
juga tidak diproduksi dalam negeri melainkan impor. Hal ini berbeda dengan
China dan India yang mengonsumsi dan memproduksi gandum selain beras dalam
jumlah yang berimbang. Peranan beras yang masih dominan dalam komposisi pangan
masyarakat Indonesia mengakibatkan pergeseran pola konsumsi masyarakat dari non
beras ke beras seperti yang terjadi di wilayah Indonesia bagian timur yang
dahulu mengonsumsi sagu dan sekarang menjadi mengonsumi beras sebagai makanan
pokok. Pola konsumsi beras yang sangat dominan ini memiliki kelemahan karena
rawan apabila terjadi gangguan pada produksi beras dalam negeri. Selain itu
sifat pasar beras Internasional yang harga berasnya sangat peka terhadap
perubahan supply dan demand oleh suatu negara.
Pangan merupakan hak dasar manusia
yang paling penting bagi penduduk di suatu negara karena pangan juga
berpengaruh pada kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik pada suatu negara.
Menurut Ir. Soekarno, Presiden pertama RI menyatakan bahwa pangan merupakan
soal mati – hidupnya suatu bangsa, jika kebutuhan pangan masyarakat Indonesia
tidak tercukupi maka “malapetaka”, sehingga diperlukan usaha yang revolusioner
dalam memenuhi kebutuhan pangan (ketahanan pangan). Definisi ketahanan pangan
yang telah diterima secara luas adalah ketika setiap orang pada setiap saat
memiliki aksesibiltas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka agar dapat hidup sehat dan produktif. Oleh karena
itu, ketahanan pangan ditentukan oleh 3 indikator kunci, yaitu : ketersediaan
pangan(food availibility),jangkauan pangan(food access) dan
keandalan (reliability) dari ketersediaan dan jangkauan pangan
tersebut (Hanafie, 2010).
Pandangan masyarakat kebanyakan di
Indonesia secara sempit tentang pangan adalah beras, tetapi pangan menurut
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa yang termasuk pangan adalah
makanan dan minuman yang berupa hasil tanaman, ternak, dan ikan dalam bentuk
primer atau sudah hasil olahan. Ketersediaan dan kecukupan pangan tidak hanya
diukur melalui kuantitas pangan saja, tetapi yang terpenting adalah ukuran
kualitas pangan seperti kalori dan kandungan gizi pangan. Namun, dalam
realitanya produksi beras tidak dapat mencukupi permintaan pasar dan sering
kali harus mendatangkan pasokan beras dari luar daerah ataupun dari negara
lain, dalam usaha peningkatan produksi pangan pokok pemerintah khususmya
Kalimantan timur mulai menggenjot produksi beras ladang serta berusaha
mengembangkan diversifikasi pangan agar masyarakat tidak bergantung pada sumber
karbohidrat umum atau beras, dan dapat mengkonsumsi sumber karbohidrat lain
seperti umbi-umbian, jagung, gandum, jelai serta tanaman pangan lain. guna
menjaga terpenuhinya gizi pangan masyarakat pemerintah menggiatkan
diversifikasi pangan guna mengurangi angka konsumsi beras dan pengembangan
hasil pangan local agar swasembada pangan dapat tercapai.
Langkah konkret dalam mewujudkan
diversifikasi pangan Kaltim yang sedang dilaksanakan salah satunya adalah diversifikasi
pangan sebagai upaya peningkatan keanekaragaman konsumsi pangan sesuai kaidah
gizi seimbang. Diversifikasi pangan dapat diartikan sebagai penganekaragaman
jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat sehingga memenuhi akan pangan dan gizi
yang seimbang antara jenis dan jumlahnya yang bervariasi.. Harapannya kualitas
pangan menjadi baik serta sebagai bagian mengurangi ketergantungan karbohidrat.
Salah satu upaya mewujudkan
swasembada pangan merupakan program utama pembangunan nasional, termasuk di Kalimantan Timur. Beras
merupakan komoditi pangan pokok yang telah
sejak lama tingkat produksinya diupayakan mencapai swasembada di Kalimantan
Timur, tetepi hingga kini status swasembada tersebut belum dapat diwujudkan
secara mantap. Hambatan untuk mewujudkan swasembada beras di Kalimantan Timur
relatif banyak dan hampir mencakup semua aspek faktor produksi, terutama
keterbatasan lahan sawah dan infrastruktur irigasi. Berdasarkan permasalahan
dalam swasembada beras seperti diuraikan di atas, maka
upaya pengembangan pangan
alternatif beras perlu
dilakukan dalam upaya diverifikasi
bahan pangan pokok. Tanaman jelai
nampaknya menunjukkan
beberapa karakter unggul
untuk menjadi kandidat
bahan pangan alternatif beras. Berdasarkan aspek budidaya: (1) tanaman
jelai adaptif pada ekosistem lahan kering, sehingga tidak mendesak produksi
padi yang ekosistem pengembangan utamanya
pada lahan sawah,
yang berarti tidak membutuhkan infrastruktur
irigasi; (2) dibandingkan
dengan padi ladang, tanaman jelai
mempunyai keunggulan dapat
bersaing dengan gulma, sehingga untuk
dibudidayakan secara menetap
tinggal diupayakan untuk mempertahankan kesuburan tanah.
Keunggulan lain
tanaman jelai: (1)
mempunyai nilai nutrisi
lebih baik dari beras,
terutama kandungan proteinnya
paling tinggi untuk
kelompok padi-padian, (2) mempunyai manfaat pengobatan untuk beberapa penyakit penting pada
manusia, terutama kanker
sistem reproduksi dan
sistem pencernaan, (3) harga jual di pasar internasional sangat tinggi,
sehingga dapat memberi insentif pendapatan kepada petani untuk semangat
berproduksi. Adapun beberapa kendala
atau permasalahan yang
dihadapi untuk pengembangan
komoditi ini relatif dapat di atasi secara bertahap, dan upaya pemecahan
terhadap permasalahan yang dihadapi akan menjadi lebih ringan jika para
pihak banyak yang
berpartisipasi. Permasalahan aspek
budidaya tradisional relatif mudah
diatasi, karena tanaman
ini adalah tanaman
asli Kalimantan Timur yang telah mempunyai adaptasi baik terhadap
ekosistem daerah ini, dan telah dikenal oleh sesepuh dan tokoh masyarakat di
daerah ini secara luas. Namun pengembangan teknologi budidaya, penanganan panen
dan pasca-panen, pemanfaatan,
dan pemasaran tanaman
ini harus terus dilakukan. Hingga, jelai menjadi “ikon
produk Kalimantan Timur”.
Daftar
Pustaka
Hanafie,
Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi offset. Yogyakarta.
Suyadi.2015.
Potensi Budidaya Komoditas Jelai sebagai Alternatif Pengganti Beras dalam
Rangka Diversifikasi Pangan. Pusat Pelatihan dan Pengembangan Pertanian
Pedesaan Universitas Mulawarman.